SUKABUMI, KMI - Dugaan adanya
penyalahgunaan yang dilakukan Ketua DPW Partai Hanura Jawa Barat, Fitrun
Fitriansyah mendapatkan respons dari pengurus DPC.
Jajaran
Pengurus DPC Partai Hanura Kabupaten Sukabumi membantah jika dana deposit
garansinya itu diselewengkan.
Ketua
DPC Partai Hanura Kabupaten Sukabumi, Wandi Ruswandi membenarkan jika pihaknya
telah menyetorkan dana Rp470 juta sebagai deposit garansi.
Dana
sebanyak itu, sebagai jaminan keseriusan kandidat ketua DPC untuk memimpin
partai besutan Jenderal TNI (Purn) Wiranto itu.
“Dana
deposit garansi itu sudah dikembalikan utuh alias tanpa dipotong sepeserpun ke
rekening DPC setelah dilaksanakan muscab dan terpilih ketua baru. Uang itu kita
gunakan untuk pembenahan dalam rangka membesarkan partai. Apalagi, Kabupaten
Sukabumi memiliki luas wilayah paling gemuk. Pembenahan itu mulai dari internal
DPC, PAC hingga ranting,” jelas Wandi kepada Radar Sukabumi, Jumat (24/3/2017).
Ia
menegaskan, semua nama calon yang sudah melengkapi berkas persyaratan
pencalonan, baik yang tidak melakukan deposit garansi maupun yang melakukan,
oleh DPD Jabar tetap diajukan ke DPP Hanura.
“Jadi
bukan yang deposit saja yang direkomendasikan ke DPD Jabar. Jadi sangat wajar
jika partai meminta deposit garansi kepada kandidat sebagai keseriusan.
Nilainya Rp10 juta per PAC. Uang itu bukan untuk personal, tapi dikembalikan
untuk membesarkan partai,” imbuhnya.
Ia
juga mengaku, jabatannya sebagai Ketua DPC Partai Hanura Kabupaten Sukabumi itu
sah lantaran melalui mekanisme partai.
Ia telah mengikuti mekanisme melalui Muscab
DPC Hanura Kabupaten Sukabumi yang diselenggarakan di Hotel Augusta
Palabuhanratu, 26 Agustus 2016 lalu.
“Saya mendapatkan rekomendasi pencalonan
dengan Nomor 400/DPP-HANURA/VIII/2016 yang ditandatangani Plh Ketua Umum Dr.
Chairuddin Ismail dan Sekjen Dr. Berliana Kartakusumah,” sebutnya.
Sebelumnya, salah satu kader Partai Hanura
Jawa Barat, Tedi Kurniawan menduga adanya penyalahgunaan deposit garansi oleh
Fitrun Fitriansyah.
Diketahui, pemilihan Ketua DPC Hanura di 27
kota/kabupaten di Jawa Barat, dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama,
diikuti 13 DPC, sementara gelombang kedua 14 DPC.
Menurut informasi yang diterima Tedi dan
beredar di kalangan kader termasuk para pengurus DPP Hanura, pada gelombang
pertama saldo terkumpul mendekati angka Rp2 miliar.
Namun kabarnya, sebelum musyawarah cabang
dilaksanakan, saldo rekening telah hampir habis. Jika informasi ini benar,
berarti telah terjadi penarikan uang sebelum muscab digelar, padahal uang
tersebut diperuntukkan bagi pembentukan PAC manakala ketua DPC sudah terpilih.
“Untuk menjawab rumor yang telah tersebar luas
di masyarakat tentang indikasi penyalahgunaan uang di DPD Hanura Jabar, audit
menjadi penting dilaksanakan. Dan audit dimaksud sederhana, cukup DPP Hanura
melihat catatan rekening koran DPD Hanura Jabar. Jika ini dilakukan, maka kotak
pandora yang menyimpan kebenaran dapat dibuka sekaligus menjadi dasar bagi
Oesman Sapta Odang (OSO) untuk mengambil tindakan agar Hanura menjadi rumah
produksi kader bangsa yang tidak bermental koruptif,” tandasnya.
Ke depan dirinya berharap, tindakan tegas yang
nantinya diambil OSO yakni mencopot Fitrun Fitriansyah dari jabatannya sebagai
ketua DPD dan mengembalikan kepemimpinan 27 DPC se-Jabar ke pimpinan DPC
periode sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar