Rabu, 12 Februari 2014

LP Paledang Bogor Dituding Biadab



Bogor, KMI – Tudingan biadab yang dilontarkan publik terhadap Lembaga Pemasayarakatan (LP) Klas II A Paledang Bogor santer dan bergema ketika mengetahui dari informasi yang berkembang LP Paledang tidak ubahnya neraka dunia. Namun tudingan itu ditepis oleh petugas LP Paledang, Herman.
Ketika dikonfirmasi KMI beberapa waktu lalu. “Itu hanya isu yang dikembangkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab,” ujar Herman ketika ditanya kebenaran kejadian yang sebenarnya.
Sumber dari mantan narapidana (napi) yang disitir media, yaitu di LP Paledang tahanan miskin jadi budak yang hinadina dan tersiksa. Napi tidak berduit yang berasal dari kalangan miskin dan tidak dijenguk keluarga disebut ‘dayak’ atau istilah di sel adalah napi dhuapa.
Napi dhuapa hampir setiap malam “dipandian” (istilah penjara), yaitu dipukuli oleh napi berbadan besar yang merupakan kaki tangan kepala kamar (napi penguasa kamar, red), dan tidur selama dalam tahanan dengan posisi jongkok dan dibariskan dengan sesama napi dhuapa.
Sementara napi yang suka memberi setoran kepada penguasa kamar bisa tidur nyenyak di atas kasur.
Tidur dengan posisi jongkok dalam waktu lama, akibatnya banyak napi yang terjangkit penyakit kulit. Waktu mandi pun hanya diberi waktu lima menit, sementara satu kamar mandi diisi puluhan napi, otomatis para napi berebut air. Bila sudah lima menit teng, shower akan berhenti. Akibatnya, banyak napi yang tidak kebagian air dengan masih penuh dengan sabun.
Banyaknya napi yang “dipandian” setiap malam dan “didayakin”, napi tersebut sering sakit-sakitan, kaki atau tangannya patah karena sering dipukuli dan ada pula yang sampai muntah. Lebih dari itu ada pula napi yang duburnya dicolok-colok pakai kayu, akibatnya tidak sedikit yang meninggal dalam kondisi yang mengenaskan.
Lain lagi bagi napi dhuapa yang berkulit putih dan berwajah tampan nasibnya sedikit beruntung karena napi tersebut tidak mendapat siksaan. Tetapi napi tersebut dijadikan budak nafsu kepala kamar atau napi berduit yang bisa membayar sejumlah uang kepada kepala kamar.
Sadisnya kepala kamar dengan menjadikan para penghuni kamar tahanan sebagai budaknya karena untuk menjadi kepala kamar harus membayar puluhan juta rupiah. Dengan demikian dia berusaha mengambil lagi uangnya dengan cara bersikap sadis kepada tahanan, yaitu melampiaskan emosinya kepada para tahanan yang tidak sanggup membayar setoran.
Di LP Paledang juga menyediakan kamar bercinta, bagi mereka yang bermaksud berhubungan intim ketika istrinya membesuk, disediakan kamar khusus. Tetapi harus menbayar dengan tarif Rp.1 juta dengan perincian untuk bayar kamar Rp.600 ribu dan Rp.400 ribu lagi untuk dibagi-bagikan kepada para petugas.
Mengakhiri konfirmasi, Herman menjelaskan, di LP Paledang tidak membeda-membedakan, semua napi dianggap sama. “Tidak ada yang diistimewakan.” tegasnya. *(Dang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Atasi Kelangkaan Elpiji 3 Kg, Pemkab Pangandaran Harus Segera Miliki SPBE

PANGANDARAN, KMI - Dengan adanya keterkaitan, mahalnya Gas Elpiji di kabupaten Pangandaran dan maraknya harga penjualan gas elpiji 3 k...