Mendung hitam
yang menggelantung di langit kabupaten Bogor menjelang pemilukada yang akan
berlangsung 8 September semakin nyata mengandung misteri tentang terjadinya “perkawinan
politik” atau “perjudian politik” hal ini bisa kita cermati dari komposisi
pasangan yang akan tampil sebagai “pengantin”, bisa jadi akan merubah peta
politik kabupaten Bogor.
Apalagi
pasangan-pasangan calon itu sudah diumumkan resmi KPU Daerah. Munculnya
kandidat-kandidat dari independen non partai merupakan pertanda pertarungan
akan semakin hebat dan sengit.
Apa sebenarnya
yang terjadi ? Rachmat Yasin yang semula berduet dengan Karyawan Fathurachman
sejak 2008-2013 memerintah kabupaten Bogor akhirnya toh bubrah. Hal itu bisa
terjadi lantaran kepentingan politik masing-masing guna meneruskan ambisinya
memperpanjang kekuasaan.
Kepentingan
politik di sini adalah karena baik pihak Rahmat Yasin maupun Karyawan
Faturahman tersandung berbagai kasus sebagaimana dilansir oleh media massa.
Yang menjadi sorotan para penegak hukum, salah satu contohnya Rahmat Yasin
sebagai incumbant belum lama ini diberitakan oleh media nasional
keterlibatannya dalam kasus suap pengurusan ijin lokasi kuburan mewah yang
luasnya 100 hektar di Desa Antajaya Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor untuk
kepentingan PT Gerindo Perkasa.
Menurut berita
Harian Kompas perkara itu juga melibatkan Iyus Djuher Ketua DPRD Kab.Bogor
menjadi tersangka suap sebesar Rp800 juta dari Sentot Santoso Dirut PT Gerindo
Perkasa ternyata bukan hanya Iyus Djuher dan Sentot Santoso yang menjadi
tersangka, menyangkut juga seorang pegawai Pemkab Bogor, bernama Listu Welly
Sabu serta rekan Sentot lainnya Nana Supriyatna.
Itulah sebabnya
mengapa Rachmat Yasin merangkul Nurhayanti sekretaris daerahnya menjadi calon
wakil bupati. Tentu saja Rachmat Yasin “Nyaman” berpasangan dengan Nurhayanti. Bisa
jadi banyak yang memperkirakan sekretaris daerah adalah orang yang banyak tahu
tentang seluk-beluk pemerintahan.
Pasangan ini mendapat
dukungan sepuluh parpol yang disebut dengan julukan koalisi super, lengkapnya :
Partai Demokrat, Partai Golkar, PKS, PPP, PAN, PKB, Gerindra, Hanura dan PKPI.
Akan halnya
incumbant yang lain, Karyawan Faturachman yang semula mendampingi Rachmat Yasin
sebagai wakil bupati kini mengadu nasib bersama Andrian Aria Kusumah terjun
dalam kontes calon bupati dan wakil bupati dengan dukungan hanya dua partai
politik, PDI Perjuangan plus PBB. Menyusul adanya restu dari ketua umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri beberapa jam sebelum penutupan pendaftaran. Hal itu
dilakukan oleh Megawati dalam satu rapat khusus di Lenteng Agung.
Pagi hari sebelum
rapat berlangsung, konon kabarnya ada seorang pemimpin buruh yang juga sebagai
pengacara, Akhmad Faisal, SH, MH, telah mengajukan proposal kepada Megawati
sebagai wakil bupati mendampingi Karyawan Faturachman. Memang menjadi hak
prerogatif Ketua Umum PDI Perjuangan untuk menunjuk siapa sebenarnya yang layak
menjadi calon wakil bupati.
Ternyata ada
rumor yang menyebutkan bahwa Karyawan Faturachman sengaja memilih berpasangan
dengan Andrian Aria Kusumah yang juga kader PBB bisa dimungkinkan berkaitan dengan
ditunjuknya Yusil Izha Mahendra sebagai penasehat hukumnya berkaitan kasus yang
tengah dihadapinya. Padahal seandainya ada kebijakan untuk “menjodohkan”
Karyawan Faturachman dengan Akhmad Faisal sebagai calon wakil bupati dari
elemen buruh akan bisa merubah peta politik.
Ternyata
mendung hitam yang menggelantung di langit kabupaten Bogor adalah misteri
tentang carut-marutnya proses suksesi kepemimpinan 5 tahun mendatang.
***Masfendi Pewarta adalah Ketua
Umum Federasi Serikat Pekerja Kewartawanan Indonesia.
Anggota Komite Aksi Jaminan Sosial
(KAJS), anggota Badan Pekerja MAJELIS PEKERJA/ BURUH INDONESIA (MPBI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar