Bogor, KMI – Walikota Bogor, Diani Budiarto,
yang tinggal enam bulan lagi mengakhiri masa baktinya persisnya 7 April 2014,
dirundung banyak masalah. Dengan kondisi ini para pendukungnya menyorot tajam.
Demikian dikeluhkan para pendukungnya yang merata disetiap kecamatan
yang berada di Kota Bogor.
Masalah pertama, ujar Aditya, warga
Kecamatan Tanah Sareal, Diani sekarang tedak serius lagi dalam menangani empat
skala prioritas yang merupakan program utamanya, yaitu transportasi,
kebersihan, pendidikan dan kemiskinan. Padahal ketika periode pertama
kepemimpinannya, Diani begitu gigih, dalam penanganan empat skala prioritas
diatas.
Tentang transportasi, lanjutnya,
dimana-mana terjadi kemacetan, sehingga Kota Bogor disebut dengan Kota sejuta
angkot. Lalu kebersihan jauh dari yang diharapkan, setiap hari tumpukan sampah
disetiap pelosok Kota menjadi pemandangan tidak sedap. Sementara program
pembuatan Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) di Kecamatan
Kayumanis belum tuntas padahal dana yang berasal dari APBD telah menghabiskan
puluhan miliar.
Pendidikan juga tidak sesuai yang
diharapkan, kata Aditya, setiap tahun cukup banyak yang putus sekolah dari
sejak SD sampai SLTA. Demikian juga pemberantasan buta hurup belum berhasil
diminimalisir. Dampak dari itu semua terjadi pengangguran yang cukup parah.
Yang terakhir adalah kemiskinan,
tambahnya. Kemiskinan otomatis berkaitan dengan resiko kegagalan pendidikan
sehingga Index Pembangunan Manusia (IPM) turun secara drastis. “Seharusnya ada
evaluasi rutin di masyarakat. Mereka yang putus sekolah diberi pelajaran
keterampilan sehingga bisa mandiri,” kata Aditya seraya menambahkan sebenarnya
semua itu pelaksana yang perlu dikoreksi, tetapi disini berlaku pepatah “tidak
ada prajurit yang salah”.
Ditempat terpisah, Jajang, warga
Kecamatan Bogor Utara, menyikapi Diani, yang kaitannya dengan permasalahan
hukum. Menurut dia, dirinya merasa miris ketika Walikota akan dipanggil paksa
pihak Polda Jawa Barat (Jabar) akibat laporan pengusaha terkait sengketa Plaza
Pasar Bogor.
Dia juga begitu kecewa atas sikap
Walikota dua periode itu yang membabi buta membela seorang sipil dengan segala
daya yang tidak masuk akal. “Akibatnya Walikota dipanggil kembali Polda Jabar
walaupun sebatas saksi terkait seleksi di tubuh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor,”
kata Jajang sambil menambahkan bahwa jika terbukti ada kesalahan dan kekeliruan
yang fatal kelak akibatnya bisa runyam. “Saya ingin Pak Wali mengakhiri masa
jabatannya dengan tenang dan happy ending” tandasnya. *(Dang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar